"Keutamaan Puasa Senin-Kamis dalam Perspektif Hadits Shahih"

1. Dalil-dalil dari Hadits

a. Hadits Puasa Hari Senin

Dalam shahih Muslim terdapat hadits yang menyebutkan:

"ذلك يوم ولِدْتُ فيهِ وأُنْزِلَ عليَّ فيهِ"

"Pada hari itu saya dilahirkan dan saya menerima wahyu."
(HR. Muslim)

Hadits ini menunjukkan bahwa hari Senin memiliki keutamaan khusus dalam kehidupan Nabi Muhammad SAW, di mana pada hari tersebut terjadi peristiwa penting, yakni kelahiran beliau dan turunnya wahyu. Oleh karena itu, puasa pada hari Senin mendapat perhatian khusus sebagai bentuk peringatan dan penghayatan akan momentum penting tersebut.

b. Hadits Puasa Hari Kamis (bersama Senin)

Hadits lain yang diriwayatkan dalam Musnad Ahmad, melalui sanad yang menyebutkan riwayat dari Affan, Aban, Yahya bin Abi Kasir, ‘Amr bin al-Hakam, dan Maula Qudamah bin Mad’un dari Maula Usamah bin Zaid, menjelaskan praktik puasa Nabi SAW:

"إِنَّ رَسُولَ اللهِ صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كَانَ يَصُومُ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ، فَسُئِلَ عَنْ ذَلِكَ فَقَالَ : إِنَّ أَعْمَالَ النَّاسِ تُعْرَضُ يَوْمَ الْإِثْنَيْنِ وَيَوْمَ الْخَمِيسِ"
"Sesungguhnya Rasulullah SAW selalu berpuasa pada hari Senin dan Kamis, ketika beliau ditanya mengenai hal itu beliau bersabda: Sesungguhnya amal-amal manusia diperlihatkan pada hari Senin dan hari Kamis."
(HR. Ahmad)

Hadits ini mengemukakan bahwa selain alasan khusus pada hari Senin, Nabi SAW juga memilih hari Kamis sebagai hari puasa sunnah. Jawaban beliau memberikan gambaran bahwa pada hari-hari tersebut amal perbuatan manusia “dipertunjukkan” di hadapan Allah SWT, sehingga puasa di hari itu merupakan sarana untuk mendapatkan rahmat dan pengampunan dosa melalui perbuatan ibadah yang disempurnakan dengan kesadaran akan pengawasan Ilahi.


2. Hikmah dan Manfaat Puasa Senin-Kamis

Beberapa poin penting yang dapat diambil dari kedua hadits di atas antara lain:

  • Mengikuti Sunnah Nabi:
  • Dengan berpuasa pada hari Senin dan Kamis, umat Islam mengikuti contoh nyata dari Nabi Muhammad SAW, sebagai wujud kecintaan dan ketaatan terhadap sunnah beliau.
  • Mengingat Keistimewaan Hari Senin:
  • Karena hari Senin adalah hari dimana Nabi dilahirkan dan menerima wahyu, puasa pada hari tersebut mengandung makna pengingat akan awal mula risalah Islam serta sebagai bentuk penghormatan terhadap peristiwa bersejarah tersebut.
  • Pembersihan Amal dan Pengampunan Dosa:
  • Puasa pada kedua hari tersebut diyakini memiliki keutamaan spiritual, terutama karena amal manusia “dipertunjukkan” kepada Allah SWT pada hari-hari itu. Dengan menahan diri dalam ibadah puasa, seorang mukmin diharapkan dapat memperoleh pengampunan atas dosa dan memperbaiki kualitas amal perbuatannya.
  • Kesempatan untuk Meningkatkan Iman dan Taqwa:
  • Aktivitas puasa sebagai ibadah sunnah ini tidak hanya bersifat ritualistik, melainkan juga sebagai sarana mendekatkan diri kepada Allah dengan meningkatkan disiplin, kesabaran, serta ketakwaan.

3. Pandangan Ulama dan Relevansi dalam Konteks Muhammadiyah

Dalam kerangka pemikiran Muhammadiyah, penekanan pada kembali kepada Al-Qur’an dan Hadits shahih sangatlah penting. Beberapa ulama kontemporer yang berafiliasi atau sejalan dengan pemikiran reformis menekankan:

  • Otentisitas Sumber:
  • Praktik puasa Senin-Kamis didasarkan pada hadits-hadits shahih, sehingga menekankan pentingnya verifikasi sumber dan sanad sebagai rujukan utama. Muhammadiyah selalu mendorong umat untuk kembali kepada sumber primer Islam dan menghindari bid’ah yang tidak memiliki landasan yang kuat dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
  • Ibadah Sebagai Sarana Pembersihan Hati:
  • Puasa sunnah, seperti puasa Senin dan Kamis, dilihat sebagai sarana untuk mengkultivasi keikhlasan dan kepekaan spiritual. Konsep “amal dipertunjukkan” mengajarkan bahwa setiap perbuatan akan dipertanggungjawabkan, sehingga ibadah dilakukan dengan penuh kesungguhan dan keikhlasan.
  • Fleksibilitas dan Keseimbangan:
  • Meskipun puasa sunnah tidak wajib, praktik ini dianjurkan sebagai upaya menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhirat, sesuai dengan prinsip reformasi pemikiran Islam yang menekankan relevansi dan keseimbangan antara kehidupan rohani dan sosial.

4. Kesimpulan

Berdasarkan hadits-hadits shahih yang telah dijelaskan:

  • Puasa hari Senin memiliki keutamaan tersendiri karena berkaitan dengan peristiwa kelahiran Nabi SAW dan turunnya wahyu, sehingga mengandung makna historis dan spiritual yang mendalam.
  • Puasa hari Kamis (bersama dengan Senin) dijalankan sebagai sunnah untuk menyucikan amal, karena pada hari-hari tersebut amal manusia “dipertunjukkan” di hadapan Allah SWT.
  • Kedua puasa tersebut bukan hanya sebagai bentuk ibadah fisik, tetapi juga sebagai sarana pembentukan karakter, peningkatan iman, dan pengharapan akan pengampunan dosa.

Bagi umat yang hendak mengamalkan puasa sunnah Senin-Kamis, hendaknya dilakukan dengan niat yang ikhlas mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW dan disertai dengan pemahaman mendalam akan hikmah di balik praktik ibadah tersebut.


5. Referensi

  1. Sahih Muslim:
  2. Hadits mengenai keutamaan hari Senin yang menyatakan, "ذلك يوم ولِدْتُ فيهِ وأُنْزِلَ عليَّ فيهِ".
  3. (Lihat dalam Kitab Puasa, Sahih Muslim)
  4. Musnad Ahmad:
  5. Hadits mengenai praktik puasa Nabi pada hari Senin dan Kamis, beserta penjelasan bahwa amal manusia diperlihatkan pada hari tersebut.
  6. (Riwayat dari Affan, Aban, Yahya bin Abi Kasir, ‘Amr bin al-Hakam, Maula Qudamah bin Mad’un, dan Maula Usamah bin Zaid)
  7. Kajian dan Tafsir Hadits oleh Ulama Kontemporer:
  8. Beberapa referensi tafsir dan kajian mengenai puasa sunnah dapat ditemukan dalam karya-karya ulama yang berafiliasi dengan gerakan pembaruan seperti Muhammadiyah, yang menekankan kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pedoman hidup